Tuhan yang Adil dan Penuh Kemurahan
Yunus 3: 10–4: 11; Mazmur 145: 1–8; Filipi 1: 21–30; Matius 20: 1–16
Sebuah perusahaan mempekerjakan 2 orang karyawan untuk kebutuhan perusahaan. Setelah sekian tahun berlalu, ada seorang pemuda yang direkrut oleh pemilik perusahan untuk menjadi karyawan menambah tenaga di perusahaan tersebut. Karena kinerja perusahaan baik maka klien memberikan sebuah rumah sebagai hadiah kepada perusahaan. Setelah menganalisis, akhirnya pemilik perusahaan memberikan rumah tersebut kepada pemuda yang baru saja bergabung tersebut dengan pertimbangan para karyawan yang lain sudah memiliki rumah.
Pemuda itu mendapatkan kemurahan dari pemilik perusahaan. Sayangnya, kemurahan pemilik perusahaan itu membuat kedua karyawan lainnya merasa diperlakukan tidak adil karena mereka sudah lama bekerja tapi belum pernah diberikan hadiah.
Situasi seperti ini menjadi gambaran dari perumpamaan yang Tuhan Yesus sampaikan dalam Matius 20:1–16. Kemurahan hati pemilik kebun anggur diresponi dengan munculnya perasaan diperlakukan tidak adil oleh para pekerja lain. Padahal, seluruh haknya tidak ada yang dikurangi dari kesepakatan bersama dengan pemilik kebun anggur. Orang terdahulu merasa ia memiliki banyak hak karena sudah bekerja begitu lama.
Banyak orang menuntut banyak hal dalam hidup karena merasa sudah menjalankan semua perintah Tuhan. Merasa semua perbuatan baiknya layak untuk dihadiahi oleh sebuah anugerah dari Tuhan. Padahal kedaulatan Tuhan memberikan anugerah pada seseorang tidak bisa ditukar dengan perbuatan baik yang dilakukan manusia. Kemurahan Tuhan hanya dapat diberikan kepada seseorang yang Tuhan mau berikan. Dan Tuhan selalu mencari yang terhilang untuk diselamatkan.
Seperti sorak-sorai gembira saat kita mendapatkan kemurahan Allah, kita juga harus memiliki sukacita yang sama jika ada sesama, akhirnya, mau menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat. Bukan malah sebaliknya, menuntut hal-hal yang sebenarnya bukan haknya. (HSP)