Hidup dalam Pimpinan Allah Trinitas
Yesaya 6: 1–8; Mazmur 29; Roma 8: 12–17; Yohanes 3: 1–17
“Gusti Allah iku tan kena kinaya ngapa” (Tuhan Allah itu tidak dapat direka seperti apa) merupakan ungkapan Jawa yang menggambarkan bahwa Allah merupakan misteri dan tak terselami. Ia tidak mungkin dipahami secara purna oleh manusia karena keterbatasan manusia. Tetapi secara unik Allah membolehkan manusia yang terbatas itu untuk mengenal sebagian kecil dari diri-Nya. Ia menyatakan diri dan menjalin relasi dengan manusia melalui karya-karya keselamatan yang dinyatakan dalam kehidupan keseharian yang kemudian dipersaksikan dalam Alkitab. Dari karya-Nya dan relasi yang terbangun, maka manusia mengenal sosok Allah Trinitas – Bapa, Anak, dan Roh Kudus.
Di dalam diri Allah Trinitas itu manusia mampu mengalami kesatuan dan persekutuan ilahi yang sempurna, di mana masing-masing berada di dalam yang lainnya. Inilah yang disebut perichoresis. Istilah perichoresis dalam Bahasa Yunani yang secara harfiah berarti bahwa satu pribadi mengandung dua pribadi yang lain, atau setiap pribadi meresapi yang lain, dan dengan itu saling resap secara timbal balik.
Bacaan Alkitab hari ini membuka kesadaran bahwa Allah sungguh berkenan untuk menyatakan dan mendekatkan diri kepada manusia. Kesadaran itu hendaknya menumbuhkan kekaguman dan kerinduan yang lebih sungguh untuk menyandarkan hidup dalam pimpinan-Nya. (YAC)