Natal merupakan perayaan syukur dunia, karena Allah berkenan hadir secara kasat mata di tengah realitas kehidupan dunia, yaitu dengan cara menjadi Manusia Natal. Keberadaan Manusia Natal secara fisik dapat dirasakan oleh dunia, begitupun karya nyata-Nya juga dapat dialami oleh dunia ini (kita). Hal itu menunjukkan bahwa Manusia Natal hadir untuk memancarkan Kemuliaan Allah. Kemuliaan Allah sendiri merupakan manifestasi eksternal dari keberadaan-Nya yang muncul keluar, terungkap dan atau dapat dilihat oleh manusia. Sumber kemuliaan yang tampak adalah dari internal diri Allah sendiri yang pada hakikatnya adalah Mulia.
Selaras dengan pemahaman tersebut, marilah sejenak kita melihat realitas kehidupan dunia di zaman sekarang ini. Saat kita menyaksikan berita-berita yang diungkap oleh media, hampir selalu kita menerima siaran berita soal peristiwaperistiwa yang memprihatinkan. Adanya kekerasan dalam rumah tangga bahkan sampai pada pembunuhan anggota keluarga, berita mengenai pejabat yang korupsi, berita tentang kekerasan di jalanan, diskriminasi, intimidasi, hingga penganiayaan dengan mengatasnamakan agama, dst. Demikian juga perkembangan media sosial, bukannya menjadi sarana yang memudahkan orang untuk memelihara relasi baik dengan orang lain, melainkan justru digunakan sebagai sarana untuk mengungkapkan ujaran kebencian kepada sesamanya (tak terkecuali dalam lingkup bergereja). Jika demikian yang terjadi, di manakah pancaran kemuliaan Allah di dunia ini? Natal manakah yang kita hayati sehingga kemuliaan Allah tidak tampak?
Kemuliaan Manusia Natal, menjadi cerminan bagi orang percaya di tengah realitas kehidupan yang diwarnai dengan berbagai kondisi memprihatinkan. Kita semua dipanggil agar hidup senantiasa memancarkan kemuliaan Manusia Natal sebagaimana IA memancarkan Kemuliaan Allah secara nyata di dunia.