Pandemi Covid-19 yang menghantam dunia di akhir tahun 2019 telah meluluhlantakkan banyak sendi kehidupan. Termasuk kehidupan berkeluarga juga tak ayal terkena dampak dari adanya pandemi ini. Berbagai laporan menyebutkan, seiring datangnya pandemi, konflik keluarga pun semakin meningkat. Psikolog Klinis Anak dari Universitas Indonesia (UI) Edward Andriyanto Sutardhio menjabarkan beberapa dampak negatif COVID-19 pada keluarga. Mulai dari konflik dan perceraian, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), masalah psikologis, masalah akses koneksi, dan masalah finansial.
Selain itu, dengan adanya pembatasan-pembatasan dikarenakan adanya penanggulangan penyebaran virus Covid, Teknologi Informasi kemudian mengambil peranan yang sangat penting. Banyak orang kemudian berlomba-lomba untuk dapat mengakses Teknologi Informasi ini. Dari mulai hal komunikasi, belanja, jual beli, pencarian informasi, dan yang lainnya sebagian besar menggunakan Teknologi Informasi. Dampak positifnya cukup banyak, diantaranya akses informasi dapat berjalan dengan cepat, semua kebutuhan juga dapat terpenuhi dengan adanya layanan Teknologi Informasi yang begitu cepat tersebut. Dengan adanya Teknologi Informasi yang begitu canggih, dapat dikatakan dunia dan segala isinya sudah ada dalam genggaman tangan, yang mengakibatkan semua hal ataupun informasi, baik yang positif maupun negatif dengan mudah dapat diterima dengan cepat. Hal-hal ataupun informasi-informasi yang negatif yang mudah didapat inilah yang pada akhirnya berdampak negatif bagi kehidupan keluarga. Misalnya saja, anak-anak yang belum cukup umur, dapat dengan mudah mengakses hal-hal atau informasiinformasi orang dewasa, kekerasan, dan yang lainnya. Juga para suami atau para istri, dapat berkomunikasi dengan siapapun, dan dari manapun dalam hal ini lawan jenis yang berada di dunia maya, yang pada akhirnya menimbulkan kasuskasus perselingkuhan. Belum lagi, hal-hal yang bersifat hedon, semua ditawarkan dengan begitu mudah melalui Teknologi Informasi. Sehingga, pada akhirnya, banyak keluarga yang di masa-masa Pandemi ini hidup dalam dunia yang semu, sekaligus sarat dengan kehidupan yang diwarnai konsumerisme agar dapat bergaya hedon.
Dengan realita tersebut, apakah kita sebagai keluarga Kristen masih dapat membangun kehidupan iman yang baik? Masih dapatkah cinta dan kasih diterapkan di dalamnya? Dan pada akhirnya, masih adakah pengharapan bagi keluarga keluarga Kristen untuk bangkit membangun kehidupan keluarga yang bermakna dan diperkenan oleh Allah? Melalui pemberitaan Firman Tuhan hari ini, umat diajak untuk kembali mengingat tentang hakekat dari iman, pengharapan dan kasih. Dengan demikian, umat dimampukan untuk dapat membangun kehidupan iman yang baik, sehingga mereka dapat terus membangun kasih dalam kehidupan keluarga mereka, serta senantiasa berpengharapan di tengah-tengah kehidupan dunia yang tidak menentu ini.