GKI sebagai Gereja Persekutuan yang Misioner
Yesaya 51: 1–6; Mazmur 138; Roma 12: 1–8; Matius 16: 13–20
GKI saat ini telah memasuki usia penyatuannya yang ke-35. Dalam salah satu bagian mukadimah yang tertuliskan dalam Tata Gereja GKI Alinea 2 pada bagian akhir tertuliskan demikian: “… gereja adalah persekutuan yang esa dari orang- orang beriman kepada Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus, yang diundang dan dipanggil Allah untuk berperanserta ke dalam misi-Nya, yaitu karya Allah dalam penciptaan, pemeliharaan, penyelamatan, dan pembaruan di dunia.” Dari rumusan tersebut, sejak awal GKl menghayati keberadaannya dari Tuhan dan dipanggil Tuhan untuk berperanserta mengerjakan misi-Nya. Jadi jelaslah bahwa posisi GKI bukan pemeran kunci dalam melaksanakan karya Allah, namun merespon panggilan Allah yang menginginkan GKl sebagai mitra Allah untuk mengerjakan karya Allah dalam dunia ini. Penghayatan eklesiologis yang seperti ini tentunya memberikan konsekuensi yang sangat besar dalam hidup kita menggereja. Kita tak bisa hanya mengeriakan apa yang kita mau, kita juga tak bisa mengerjakan asal terjadi namun kita harus mengerjakan karya layanan kita secara totalitas agar dapat terwujudkan dcngan baik dan memberikan dampak yang besar.
Namun, sadarkah kita bahwa untuk mewujudnyatakan kesemuanya itu bukan perkara yang mudah? Kepercayaan Tuhan yang sedemikian besar dan telah kita sambut dengan tangan terbuka tentunya bisa saja menimbulkan rasa frustasi tersendiri karena merasa tak mampu mengerjakan atau apa yang kita hadapi dan kerjakan sedernikian besar. Bisa saja, kita merasa bahwa kesemuanya itu berada di luar kendali dan jangkauan kita. Perhatikan saja apa yang selama ini telah kita keriakan bukankah baru berwujud riak- riak kecil yang tersebar di sana-sini. Kesemuanya itu terjadi pada hamparan lautan yang sedemikian luas. Dalam Gerakan Kemanusiaan Indonesia yang selama ini kita kerjakan untuk menolong mereka yang berada dalam kondisi terpuruk karena bencana alam, itu hanya berupa riak kecil. Kerjasama pelayanan yang kita lakukan dengan beberapa sinode juga tak lebih baru berupa riak kecil.
Namun demikian, biarlah kita menaruh harap kepada Allah yang terus menyertai dan berkarya di tengah-tengah kita. Mata kita tetap tertuiu kepada Dia Sang pemilik kehendak Saat mengerjakan karya. Tetapi pada satu Sisi yang lain mari kita buka tangan kita bagi yang lain. Kita kembangkan relasi dan jejaring dalam suatu karya layanan sehingga tercipta orkestrasi yang indah. Dalam dua aksi serempak yang kita lakukan, yaitu mata tertuju kepada Allah dan tangan saling menggenggam dengan erat untuk menyongsong kepercayaan Tuhan, kita kerjakan apa yang Tuhan percayakan kepada kita. Kita bangun hidup menggereia kita bukan hanya dalam memperkuat persekutuan kita sebagai Gereja Kristen Indonesia saja namun kita kita terus berkarya bagi kemuliaan nama Tuhan di manapun Tuhan tempatkan. Dengan mata tertuju kepada Tuhan dalam tangan yang saling terkait dalam sebuah jejaring Dalam kerjasama yang kuat, kita menjadi kuat dan tak mudah digoyahkan sellingga mampu melahirkan karya yang berdampak. (S)