Gandum yang Bertumbuh di Tengah Ilalang
Yesaya 44: 6–8; Mazmur 86: 11–17; Roma 8: 12–25; Matius 13: 24–30, 36–43
Umat Allah berpikir, bahwa sebagai qahal Yahweh (umat Allah), mereka tentu akan selalu dilindungi oleh Allah. Hal ini diteguhkan di dalam Perjanjian Lama yang menuturkan bagaimana cara Allah mengambil tindakan untuk melindungi dan menolong umat-Nya dengan cara yang luar biasa (lih. Yos 6: 20, Yos 10: 42, dsb). Akan tetapi, pemikiran tersebut kemudian berhadapan dengan realita yang berkebalikan. Umat Allah justru berulang kali ditimpa kesusahan, bahkan mengalami pembuangan. Umat Allah dikuasai bangsa lain, terpisah jauh dari tanah perjanjian. Kenyataan-kenyataan itu kemudian membuat umat Allah bertanya-tanya, mengapa Allah tidak menolong? Mengapa Allah membiarkan semua kesusahan menimpa umat-Nya? Apakah Allah masih peduli pada umat-Nya? Pengalaman-pengalaman itu juga membuat mereka berulang kali mengarahkan hati kepada ilah lain.
Pemikiran serupa juga tak jarang dimiliki oleh para pengikut Kristus pada masa kini. Mereka yang merasa sudah beribadah dengan baik dan melakukan pelayanan, terkadang tak terima ditimpa kemalangan yang mungkin dating bertubi-tubi dan menghimpit hidup. Benarkah pemikiran tersebut? Bacaan leksionari hari ini hendak mengingatkan kita bahwa setiap umat Tuhan tidak lepas dari masalah dan derita karena kita adalah manusia fana. Allah yang sangat peduli dengan alam ciptaan-Nya juga sangat peduli kepada umat-Nya. Allah, Sang Awal dan Akhir, adalah Allah yang berdaulat untuk melimpahkan keselamatan bagi kita baik pada masa kini, maupun setelah kematian. Derita dan masalah bukanlah bentuk ketidakpedulian Allah, tetapi sebuah keniscayaan. Derita dan masalah juga merupakan sebuah kesempatan untuk menumbuhkan iman percaya kepada Allah. Derita dan masalah juga menjadi kesempatan untuk memerlihatkan kualitas iman itu dalam hidup. Derita dan masalah akan membuat umat Tuhan seperti gandum yang bertahan tumbuh di tengah ilalang dengan memperlihatkan bulir-bulirnya. (VH)