Beberapa tahun yang lalu dalam sebuah koran nasional, terdapat iklan satu halaman besar dengan pesan yang sangat singkat. “Tahun baru, resolusi baru, apa kabar resolusi lama?” Pesan singkat yang membuat pembacanya merenung, jika tahun baru selalu membuat orang terdorong untuk membuat resolusi baru, lalu bagaimana dengan resolusi yang lama? Masihkah ada yang mengingat resolusi yang lama? Sudah terpenuhi atau tidak? Atau telah lewat begitu saja.
Membuat resolusi merupakan cara seseorang untuk bisa memberi semangat pada dirinya sendiri, bahwa ia punya target dan pencapaian yang harus lebih baik dari kemarin. Karena itu, menulis apa yang menjadi resolusinya dianggap dapat menolong seseorang untuk bisa bergerak ke arah yang baik. Namun harus disadari, resolusi bukan sekadar tulisan yang bisa ditempelkan pada papan kerja sebagai reminder. Berani menulis resolusi berarti harus berani berkomitmen dan kerja lebih keras untuk bisa mewujudkannya. Ada banyak cara yang ditempuh untuk bisa mewujudkan apa yang menjadi resolusi, namun yang penting adalah bagaimana kita mengenal segala potensi diri, siapa kita dan apa yang harus kita lakukan, itulah yang menolong agar dapat menjadikan resolusi sebagai bagian dari perjuangan hidup selama satu tahun yang akan dilewati.
Bacaan Injil hari ini menggambarkan bagaimana Allah mengapresiasi manusia yang berjuang untuk sesama selama ia hidup di dunia, juga bagaimana Allah menegur mereka yang tidak peduli pada sesama. Mereka yang peduli dengan sesama inilah orang-orang yang diberkati oleh karena mereka menuruti apa yang dikehendaki oleh Tuhan dalam Firman-Nya.