Daud adalah orang pilihan Allah. Ia dipilih Tuhan untuk memimpin bangsa Israel, maka selama ia hidup segala tindakan dan tanggung jawabnya diberkati oleh Tuhan. Dalam perjalanan hidupnya, ia pernah mengalami kegagalan baik sebagai orang tua maupun sebagai pribadi.
Sebagai orang tua ia pernah tidak dapat menjalankan tanggung jawabnya dengan baik. Masalah itu timbul karena Daud tidak berbuat apa-apa atas kesalahan Amnon yang memperkosa Tamar. Absalom kesal dan marah terhadap perbuatan Amnon dan ketidaktegasan Daud, sehingga ia memberontak terhadap ayahnya. Atas pemberontakan Absalom, Daud harus menyingkir dari kerajaannya. Sedangkan sebagai pribadi, Daud pernah terjatuh dalam dosa akibat tidak dapat menguasai nafsunya. Ia merekayasa pembunuhan prajuritnya untuk mendapatkan dan memperistri Batsyeba, istri prajuritnya itu. Namun ketika Daud menyesali perbuatan dosanya dan berbalik kepada Tuhan, Tuhan memelihara dan memberkatinya dan anak cucunya.
Dalam hidup sehari-hari kita pernah mengalami seperti yang dialami Daud. Tidak selamanya kita bahagia dan sukses. Kadangkala kita juga terpuruk dan mengalami kegagalan. Bak cakra manggilingan, hidup kita kadangkala di atas namun kadangkala juga berada di bawah. Seperti makna falsafah Jawa itu, kita diingatkan supaya ketika di atas, kita tidak jumawa. Sebaliknya ketika sedang di bawah, kita tidak merasa sebagai orang yang paling menderita. Dalam setiap peristiwa hidup kita diajak supaya dapat memaknai hidup dengan benar dan tetap melahirkan kebenaran supaya menjadi berkat kepada sesama.
Berdasarkan kesaksian Daud dalam Kitab Mazmur 37:22-26, kita diajak untuk belajar menghayati hidup dalam keyakinan dan iman yang benar walaupun persoalan silih berganti. Sehingga, kita senantiasa mempunyai kesaksian yang benar bahwa Allah akan memberkati orang yang hidupnya berkenan kepadanya. Dia akan menopang umat-Nya tatkala jatuh dan tidak membiarkan terus terpuruk dan merasakan kegagalan. Dia akan memampukan untuk tetap menjadi berkat.