Beriman di Tengah Krisis
Kejadian 12: 1–4
Krisis atau kemelut adalah setiap peristiwa yang sedang terjadi mengarah pada situasi tidak stabil dan berbahaya yang memengaruhi individu, kelompok, komunitas, atau seluruh masyarakat. Keadaan krisis itu tidak dapat dihindari atau disangkali keberadaannya dalam cerita hidup manusia. Tua, muda, perempuan, laki-laki, berpunya dan berkekurangan, berpendidikan dan kurang berpendidikan semua status kemanusiaan dapat memasuki keadaan krisis. Jika krisis itu bagian dari kehidupan bagaimana kita perlu menghadapi dan menyelesaikannya? Bacaan kita pada minggu Pra Paska 2 ini mengajak kita menjalani dalam terang iman manusia dan kasih Allah.
Bacaan Pertama, berkisah Abram dalam keadaan yang menetap kemudian dipanggil untuk menjalani rencana Tuhan menuju sebuah tanah perjanjian yang tentu saja menimbulkan krisis tersendiri bagi dirinya dan keluarga. Mazmur 121 juga berkisah mengenai ziarah yang perlu ditempuh umat Allah menuju Bait Suci di Yerusalem, di mana mereka meninggalkan kenyamanan rumah menempuh perjalanan yang penuh tantangan dan resiko yang juga menimbulkan sebuah krisis. Surat Rasuli kita juga mengajak melihat bagaimana para bapak leluhur dalam sebuah situasi yang tidak mudah menjalani hidup mengikuti rencana Tuhan dan mereka berproses dalam sebuah perjalanan krisis yang menghasilkan iman. Dan Injil kita kisah percakapan Nikodemus dengan Yesus, menjadi cermin kondisi awal abad masehi tentang penantian mesias yang membuat banyak orang bertanya-tanya, menghasilkan krisis tersendiri. Jadi marilah kita bersama menyelami lebih jauh Firman Tuhan hari ini. Supaya ketika berbagai krisis terjadi dalam kehidupan kita, kita tetap dapat mewujudkan sikap beriman yang seturut kehendak Tuhan.
