Persahabatan Bukan Permusuhan
Yohanes 4: 5–21, 34–42
Salah satu kebutuhan manusia adalah hadirnya teman atau sahabat dalam hidupnya. Menurut Rebbeca Chopp, teman atau sahabat adalah orang yang dengannya kita berbicara tentang kebenaran dan bersamanya kita bisa mewujudkan mimpi bersama.
Persahabatan merupakan suatu metafora yang dipakai untuk menggambarkan hubungan manusia dengan Tuhan. Persahabatan kita dengan Tuhan dan dengan orang lain mengandung pengertian keintiman emosional yang kita perlukan, di mana kita bisa jujur mendengarkan dan bercerita tentang diri kita. Persahabatan juga berarti mutualitas, pengasuhan, kepercayaan, dan apresiasi terhadap semua kebajikan dari sahabat kita.
Persahabatan yang indah mewujud dalam kasih yang saling memberi dan menerima. Persahabatan sejati tidak menolak keunikan, bukan memaksakan semua jadi homogen, ataupun menghendaki hirarki dan kedudukan tertentu. Persahabatan menghantar kita menuju peradaban kehidupan yang lebih bermartabat dengan memanusiakan manusia.
Pada Minggu Prapaskah III ini kita akan menghayati makna persahabatan. Melalui kisah perjumpaan Tuhan Yesus dengan perempuan Samaria di Sumur Yakub, persahabatan menjadi pembuka selubung permusuhan antar kelompok yang berlangsung beratus tahun lamanya. Melalui pemberitaan firman pada hari ini, umat diharap mewujudkan persahabatan bersama ciptaan lain, dengan sesama tanpa membedakan ras, suku, golongan dan agama secara tulus. Kehidupan persahabatan yang terjalin kiranya dapat menjadi support system yang positif sehingga dapat memberi dampak konstruktif bagi diri maupun sesama. Cara Yesus menyahabati perempuan Samaria memberi daya transformatif yang sungguh luar biasa.