Kehidupan manusia tidak selamanya diwarnai dengan kebahagiaan dan kesenangan saja. Kondisi dan situasi bisa berubah dengan begitu cepatnya, bahkan bisa terjadi beriringan antara suka-duka, bahagianestapa, sehat-sakit, sukses-gagal, dan lain sebagainya. Situasi yang tadinya tenang, adem-ayem, stabil, dan bahagia, bisa terjun bebas menjadi situasi yang tegang, mencekam, getir, bahkan kosong.
Problema tersulit tatkala menghadapi jatuh bangunnya kehidupan ialah kesiapan diri kita. Seberapa jauh kita bersiap menghadapi hal buruk dan berat. Seberapa tangguh kita bertahan saat kehampaan-kehampaan hidup meradang. Seberapa kuat kita berjuang untuk melewati hantaman ombak deras kehidupan. Seberapa tulus kita menerima dan memaknai peristiwa duka dan lara itu. Ketika duka dan kehampaan datang melanda hidup seseorang, tak jarang ia kehilangan kebermaknaan hidupnya. Keceriaan dan kebahagiaannya meredup. Kesadaran akan peran dan tujuan di dalam kehidupannya melayu. Keberimanannya pun goyah.
Untuk itulah pada tema saat ini, “Saat Duka dan Hampa Datang”, kita diajak untuk tidak menyangkali perasaan-perasaan yang muncul akibat peristiwa duka dan kehampaan yang kita alami. Kita pun belajar dari Maria dan Marta yang berproses di dalam duka bersama Yesus. Kita pun merefleksikan sikap dan tindakan Yesus ketika diri-Nya sendiri merasakan duka, lara, dan kesedihan yang dalam. Kuasa Allah berkarya dalam duka dan bersama kita yang mengalaminya, serta berkuasa mengubahkan hidup kita. Dengannya, kita ditolong untuk memaknai pengalaman duka dan kehampaan sebagai proses untuk bisa bangkit dan pulih, sehingga kita mempunyai tujuan hidup dan semangat kembali.