Mengenali Hasrat yang Tersembunyi
1 Raja-Raja 17: 8–16; Mazmur 146; Ibrani 9: 24–28; Markus 12: 38–44
Pada Minggu sebelumnya kita telah belajar bagaimana ‘mengasihi Tuhan Allah’ di tengah-tengah kehidupan dunia ini. Kita belajar bahwa ‘mengasihi Allah’ bukanlah tujuan pemenuhan sebuah hukum agama, tetapi merupakan perwujudan cinta kasih diri kepada Allah. Seseorang mengasihi Allah bukan supaya ia menjadi benar secara hokum di hadapan Allah, melainkan merupakan cara umat untuk mengingat, mengucap syukur, menyembah, serta menghadirkan cinta Allah dalam keseluruhan hidupnya.
Pada Minggu ini, kita juga akan kembali belajar tentang mengasihi. Makna mengasihi yang menjadi fokus pada pembelajaran Minggu ini adalah tentang bagaimana cara kita “mengasihi sesama”. Melalui dua cerita yang kontras, yakni kehidupan para ahli Taurat yang sangat mengerti hukum Tuhan di satu Sisi dan kisah para janda miskin di sisi lainnya, kita akan belajar mendengarkan pesan yang Yesus sampaikan kepada orang banyak tentang dampak sebuah hasrat dalam diri manusia pada tindakan mengasihi sesama.
Hasrat adalah sebuah keinginan yang tersembunyi di dalam hati. Karena ia tersembunyi, maka tentunya tidak mudah untuk mengenali apa sesungguhnya hasrat yang ada dalam diri seseorang. Bersyukurlah karena dalam pembacaan Alkitab hari ini, kita mendapati sebuah pengajaran dari Tuhan Yesus yang menolong kita bukan hanya untuk waspada terhadap hasrat yang tersembunyi, melainkan juga mengenali buah dari hasrat tersebut di dalam aktivitas hidup yang kita lakukan. Kita akan belajar mengenali dan memahami hasrat diri dua kisah yang kontras antara kehidupan para ahli Taurat dengan janda miskin di Bait Allah dan janda miskin di Sarfat. (RT)