Minggu, 3 November 2024

Kasihilah Tuhan Allahmu
Ulangan 6: 1–9; Mazmur 119: 1–8; Ibrani 9: 11–14; Markus 12: 28–34

Ada beberapa anak Indonesia bersekolah di luar negeri. Suatu waktu mereka datang ke persekutuan remaja di sebuah gereja Indonesia. Di dalam sharing kelompok, anak-anak itu bercerita tentang bagaimana pengalaman mereka beriman di tengah-tengah komunitas sekolah mereka. Seorang anak remaja bercerita bahwa mereka dikatakan anak yang aneh karena pergi ke gereja. Bagi mereka yang masih belia hidup di tengah-tengah penilaian seperti itu tentunya tidak mudah.

Kita menyadari dan bersyukur bahwa dunia semakin waktu semakin melihat betapa pentingnya hidup “mengasihi sesama”. Anak-anak bahkan sejak dini sudah dididik dengan baik tentang bagaimana cara hidup mengasihi sesama. Sejak kecil mereka bahkan sudah dapat merinci dan menjelaskan berbagai tindakan yang bisa dilakukan dalam rangka ngasihi sesama, mulai dari hal yang umum seperti memberi bantuan, baik itu makanan atau pertolongan, sampai kepada bentuk tindakan yang tidak mengasihi sesama seperti rasisme atau bullying. Dunia pun semakin sadar bagaimana kita harus memiliki tindakan yang memanusiakan manusia. Bahkan nilai tersebut sudah menjadi hukum penting dalam kehidupan relasi dan profil diri di tengah-tengah dunia.

Berkembangnya nilai mengasihi sesama seperti di atas, tentunya merupakan hal yang baik dan kita patut syukuri. Akan tetapi, di tengah-tengah dunia Saat ini, kita juga perlu memikirkan bagaimana tentang perkataan Yesus, “kasihilah Tuhan Allahmu”. Apakah nilai iman mengasihi Tuhan Allahmu juga menjadi nilai yang utama di dalam kehidupan dunia saat ini? Atau, dunia saat ini hanya mengutamakan nilai ‘mengasihi sesama’ tetapi mengabaikan nilai iman ‘mengasihi Tuhan Allah”. Dunia menjadi cakap untuk tahu bagaimana hidup mengasihi sesama, tetapi semakin menjauh dari mengasihi Allah. Atau bahkan, dunia Saat ini melihat aneh orang-orang yang ingin mengasihi Allah, dan memuja orang-orang yang mengasihi sesama? Atau dunia membuat kedua hal itu terpisah, berdiri sendiri dan saling berhadapan satu dengan yang lainnya?

Pembacaan leksionari kita Minggu ini tentunya akan menolong kita untuk mengingat kembali bahwa “mengasihi Tuhan Allah” adalah juga bagian yang penting di dalam kehidupan orang-orang percaya. Tentunya “mengasihi Tuhan Allah” dengan pemahaman iman yang benar, bukan untuk memperhadapkannya secara berlawanan, tetapi bagaimana menghidupinya menjadi “hukum yang terutama dan yang pertama, dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, di mana pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi”, sebagaimana Yesus sampaikan. (RT)

gkibintama
gkibintama
No events to display.
No events to display.