Panggillah Nama-Nama Kami
Markus 10: 46–52
Manusia adalah satu-satunya makhluk di planet bumi yang memberi nama untuk semua realitas. Manusia memberi nama untuk semua yang berwujud benda dan hal-hal abstrak serupa ide. Manusia memberi nama yang unik untuk setiap persona (manusia), bahkan objek-objek “transendental” (juga Tuhan) yang tak kasat mata pun diberinya nama. Seolah-olah aktifitas me-nama-i memang adalah kodrat manusia untuk melaksanakan mandat Allah, sebagaimana ditulis dalam Kitab Kejadian pasal dua.
Nama bagi seorang manusia bukanlah sekadar kata atau rangkaian huruf tanpa makna. Nama individu manusia menjelaskan karakteristik juga fungsinya (baca: purpose atau tujuan keberadaannya) yang unik di tengah semesta. Di dalam nama seorang manusia, terkandung nilai luhur, prinsip hidup maupun asa. Maka, manusia yang tanpa nama berarti hanya disetarakan dengan binatang atau benda mati belaka. Manusia yang tanpa nama adalah makhluk disfungsional – yang keberadaannya tak diperhitungkan di dunia.
Di antara sekian miliar manusia, banyak persona yang keberadaannya sering tidak diperhitungkan oleh sesamanya. Mereka adalah manusia yang keberadaannya sering kita anggap berada di bawah rata-rata ide normalitas; dan oleh karena itu memperoleh label abnormal, disfungsional atau sebutan lain yang sejenis. Bahan khotbah minggu ini mengajak kita untuk mempertanyakan ulang standar normalitas yang sering kita tetapkan untuk ras manusia. Bahan ini mengajak anggota jemaat untuk meneriakkan perlawanan atas kesewenang-wenangan jamak yang sering ditodongkan kepada individu-individu penyandang disabilitas. (WSK)