Minggu, 30 Juni 2024

Penyerahan Diri Sepenuhnya
Ratapan 3: 22–33; Mazmur 30; 2 Korintus 8: 7–15; Markus 5: 21–43

Pada masa kini, penyerahan diri tampaknya lebih diasosiasikan sebagai suatu sikap yang negatif. Orang hari ini lebih suka berbicara tentang cara menjadi orang sukses dan mampu mengerahkan segala kemampuan dirinya. Mencapai kesuksesan itu hal yang positif. Namun saat orang sudah menggapai kesuksesan lalu terus dibandingkan dengan kesuksesan orang lain, perlahan-lahan ia akan begitu terobsesi atau bernafsu untuk sukses. Seorang yang dikuasai hawa nafsu dapat memandang orang lain sebagai ancaman. Seorang yang semula menjadi rekan sekerja ataupun saudara dapat dianggap sebagai musuh dalam perjalanan-nya menggapai kesuksesan. Dia merasa hanya dapat percaya pada dirinya sendiri dan karena itu hanya mengandalkan dirinya sendiri. Akhirnya, terbentuklah pribadi yang sulit percaya kepada orang lain. Sekalipun ia harus melibatkan orang lain, ia membutuhkan bukti-bukti nyata dari orang tersebut. Bila ia mendapati cukup bukti barulah ia dapat percaya untuk bekerja sama.

Semangat tersebut tak jarang merasuk dalam kehidupan beriman umat Tuhan. Umat Tuhan dapat menjadi seorang yang mendamba kesuksesan dalam statusnya sebagai umat Tuhan. Bila harus mengalami pergumulan, tak jarang ia akan menjadi pribadi yang menagih bukti dari Tuhan. Namun, saat tak ada pergumulan, ia hanya berfokus pada diri sendiri dan mengandalkan kemampuan dirinya semata. Terhadap kenyataan ini ada sepotong narasi menarik dalam buku ‘Simple Miracles’ karangan Ayu Utami, demikian, “Iman itu menyelamatkan ketika seseorang tidak dikuasai nafsu. Jika iman dikuasai nafsu dan keserakahan, iman akan membawa kita pada berbagai manipulasi yang berbahaya. Iman hanya akan membawa keselamatan jika disertai harapan yang berasal dari cinta kasih.”

Perkataan ini tampaknya memiliki gema yang sama dengan Bacaan Injil hari ini. Dua tokoh yang ada, Yairus maupun seorang perempuan yang sakit pendarahan, sama-sama orang yang beriman teguh pada Yesus. Mereka sama-sama mewujudkan iman dalam tindakan, tanpa dikuasai nafsu (pementingan diri/status/kemampuan). Akhirnya mereka pun menemukan realisasi dari harapannya memperoleh cinta kasih dan penyelamatan dari Yesus. Melalui bacaan leksionari hari ini, kita akan bersama menghayati arti penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan. (YPP)

gkibintama
gkibintama
No events to display.
No events to display.