Gerak Sang Gembala Menata Kehidupan
Kisah Para Rasul 4: 5–12; Mazmur 23; 1 Yohanes 3: 16–24; Yohanes 10: 11–18
Kuasa kebangkitan Kristus terus menghadirkan perubahan dalam kehidupan para murid. Itulah sebabnya mereka tidak lagi menjadi pribadi yang dikuasai oleh ketakutan dan bersembunyi. Rasul Petrus adalah salah satu murid yang telah mengalami perubahan besar. Rasa takut membuat Petrus tak mampu menjaga imannya. Sumpah serapah pernah terlontar dari bibirnya guna menegaskan bahwa dia tak mengenal Kristus (Matius 26: 69–74). Karena pengalaman dikasihi Allah, hidupnya berubah. Ia bukan hanya mampu menata diri, iman dan harapannya tetapi juga turut menata kehidupan sesama yang menderita (Kisah Para Rasul 3: 1–9).
Bacaan-bacaan kita hari ini menolong kita dalam upaya memberi diri untuk terlibat dalam gerakan Allah. Sebagai Gembala, Ia penuh kasih. Kasih Sang Gembala begitu besar sehingga Ia memberikan seluruh hidup-Nya bagi dunia. Bercermin pada tindakan Allah dalam menggembalakan umat-Nya, kita dipanggil untuk hadir sebagai gembala yang baik bagi sesama. Kita bukan sebagai gembala upahan yang hanya memikirkan kepentingannya sendiri. Karena itu umat Allah diminta untuk terlibat memperhatikan sesame dengan memperhatikan dukungan, perhatian dan kasih. Komitmen ini hanya akan terjadi ketika kita memiliki kasih.
Iman kepada Kristus, Sang Gembala Agung mesti selaras dengan komitmen dan kesediaan kita untuk saling mengasihi satu dengan yang lain serta membagikan kasih itu bagi dunia. (IWS)