Membagikan Damai Sejahtera Kristus
Kisah Para Rasul 4: 32–35; Mazmur 133; 1 Yohanes 1: 1 – 2: 2; Yohanes 20: 19–31
Damai sejahtera itu penting. Meski demikian, jangan sampai damai sejahtera atau perdamaian itu menjadi kepentingan sepihak karena akan menimbulkan ironi perdamaian. Banyak orang menyukai situasi damai, namun perdamaian yang dimaksud itu menurut kepentingan dan versi mereka masing-masing; menurut latar belakang, golongan, kelompok, agama, idealisme, dan pengalamannya sendiri. Keberagaman ini alihalih mewujudkan perdamaian yang terjadi justru sebaliknya, menghambat terwujudnya perdamaian. Oleh karena itu kita perlu menghayati damai sejahtera bukan dari kepentingan sepihak, namun dengan bercermin dari Allah yang berkarya dalam Yesus Kristus.
Menurut KBBI damai berarti tidak ada perang, tenteram, tenang, rukun, dan aman; sejahtera berarti aman sentosa, selamat, dan makmur. Kita bias memahami dan menghayati makna dari damai sejahtera yang merupakan keadaan dan kondisi terbaik yang bisa terjadi dalam hidup manusia. Itulah yang menjadi kerinduan murni setiap orang percaya kepada Allah, karena kita percaya Allah-lah yang mengaruniakan damai sejahtera itu kepada manusia.
Satu hal yang menjadi catatan dan ingatan penting bagi orang-orang Kristen ialah bahwa damai sejahtera dari Allah tidak untuk dinikmati sendiri. Inspirasi damai sejahtera itu dari Yesus yang hidup, berkarya, dan berkurban bagi umat manusia. Allah melalui Yesus telah mengutus kepada setiap murid-Nya untuk turut terlibat dalam karya Allah yang dikerjakan oleh Yesus. Karya Allah itu ialah damai sejahtera, dan itulah yang dibawa oleh setiap orang Kristen sebagai tugas pengutusannya. (RAK)