Hidup Berdasar Iman
Kejadian 17: 1–7, 15–16; Mazmur 22: 24–32; Roma 4: 13–25; Markus 8: 31–38
Kehidupan manusia penuh dengan pilihan. Wajarlah jika setiap orang memutuskan untuk mengambil pilihan yang menyenangkan dan baik menurut sudut pandangnya sendiri. Di sisi lain, ada iman yang mengajak kita untuk percaya pada jalan yang mungkin belum kita kenal dan secara manusiawi tidak menyenangkan.
Mengikut Kristus menuntut umat untuk menyangkal diri, memikul salib, dan mengikut Dia (bdk. Mrk. 8: 34). Hal ini hanya dapat dilakukan jika dilandaskan pada iman yang kuat. Dari ajaran Rasul Paulus, kita menemukan ajaran bahwa beriman bukan sekadar tentang mengikuti aturan – berpikir hitam/putih, mana yang boleh dan tidak – namun tentang penyerahan diri dan menjadikan Kristus sebagai pusat kehidupan. Di sini, hidup beriman dimaknai sebagai kesediaan diri merelakan kepentingan dan keinginan diri lalu menggantinya dengan kehendak Allah. Memang tidak mudah. Namun kesediaan diri berserah pada Allah dan mengikuti kehendak-Nya menjadikan umat mengalami dan merasakan janji penyertaan Tuhan.
Tema minggu Prapaskah II “Hidup Berdasar Iman” akan mengajak jemaat menggumulkan tentang bagaimana iman menjadi dasar setiap orang percaya menata kehidupan bersama Allah. Selanjutnya umat diharap menjalani hidupnya dengan dasar iman pada Allah. (DL)