Penabur yang Setia
Yesaya 55: 10–13; Mazmur 65: 10–14; Roma 8: 1–11; Matius 13: 1–9, 18–23
Sebagai manusia, adalah hal yang wajar jika kita merasakan kekecewaan ketika mendapati hasil dari apa yang telah diupayakan tidak seturut yang diharapkan. Hal ini kita bisa alami, misalnya di dalam relasi kehidupan pelayanan. Ada muncul rasa kecewa karena merasa telah mengupayakan yang terbaik di dalam pelayanan, namun selalu merasa tidak diterima dan dianggap oleh orang-orang lainnya. Akhirnya, kita berhenti melakukan pelayanan atau bahkan pindah gereja. Dalam contoh lain misalnya, kita kecewa karena merasa telah memberikan perhatian yang baik lewat teguran-teguran dan nasihat- nasihat, namun yang dinasihati berbalik marah kepada kita. Kita pun akhirnya memilih untuk menutup mulut agar diri merasa aman dan nyaman.
Di tengah-tengah situasi tersebutlah sesungguhnya kesetiaan seseorang terhadap panggilan untuk terus menerus menyatakan kebenaran dibentuk dan dimatangkan. Di satu sisi, kita dipanggil untuk menjalankan panggilan kita sebagai orang Kristen yang menjadi berkat bagi orang-orang di sekitar kita, di sisi lain kita juga punya peran untuk mengajak orang lain melakukan hal serupa. Ketika kedua hal ini sudah kita upayakan dengan sepenuh hati dan tetap tidak juga berhasil, lantas apa yang harus kita lakukan sebagai orang Kristen? Pesan leksionari pada minggu ini meneguhkan kita untuk tetap bertumbuh menjadi penabur yang setia. (CEB)